Community Based Tourism
Principles and Meanings
Underlying ideas
Arus globalisasi sangat membawa perubahan sosial yang
membuat komunitas lokal tidak bisa hidup dalam terkecualian. Komunitas Thailand
dan berbagai Negara lain yang serupa mulai bergantung pada dunia modern diluar
dan telah melewati masa kemandirian. Akibat dari pengaruh konsumerisme yang
besar di Thailand SDA mengalami degradasi dan kehancuran. Padahal, untuk lokal
komunitas dalam berinteraksi di dunia luar sangat membutuhkan peran penting dari
sumber daya sosial, cultural dan ekonomi kuat. Untungnya jalan alternatif bagi
keberlangsungan komunitas lokal Thailand tertolong dengan adanya tren sosial
yang menjadi kontra.
Demokratisasi
dari masyarakat Thailand sangat memberikan kebebasan publik dalam menyuarakan
HAM. Tren-tren tersebut didukung oleh perkembangan PBB dan para cendekiawan
yang paham mengenai pembangunan keberlanjutan. Pengertian dari masyarakat kota
yang ada hubungannya dengan komunitas lokal desa merupakan landasan penting
untuk mendesain dan mengimplementasikan strategi pembangunan yang sukses. Salah
satu cara untuk menyatukan berbagai jenis orang dengan latar belakang yang
berbeda adalah Pariwisata. Pariwisata menawarkan kesempatan yang menarik bagi
para pelaku untuk menunjukkan budaya mereka dan berbagi pengalaman bersama
menimbulkan relasi sosial. Kontribusi inilah yang akan menjadi sesuatu yang
kuat dari masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan.
Community based tourism
CBT
adalah tipe pariwisata yang unik dengan karakteristik berbeda dari bentuk mass
tourism. Para pelaku yang akan mengembangkan pariwisata berbasis CBT dalam
prakteknya harus mengerti prinsip komponen dibalik CBT. Oleh karena itu masyarakat
membutuhkan pengembangan CBT yang berhati-hati agar tidak menimbulkan masalah
bahkan bencana alam. Yang lebih penting masyarakat harus memiliki kekuatan
untuk mengatur sumber daya pariwisata.
Prinsip CBT :
1.
Mengenali dan mempromosikan daerah yang
memiliki potensi wisata.
2.
Libatkan berbagai aspek masyarakat dalam
proses awal sampai akhir.
3.
Mempromosikan kebanggaan masyarakat.
4.
Meningkatkan kualitas hidup.
5.
Pastikan kelestarian lingkungan.
6.
Mempertahankan cirri khas dari budaya
setempat.
7.
Angkat pembelajaran lintas budaya.
8.
Hormati perbedaan budaya dan martabat
masyarakat.
9.
Pemerataan manfaat bagi para masyarakat.
10.
Berperan penting dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat.
Sebelum
mengembangkan pariwisata berbasis CBT, dimana para komunitas memainkan peran
pariwisata basis ekowisata, agrowisata, wisata petualang, dan homestay. Secara
umum kegiatan tersebut termasuk beberapa bentuk partisipasi masyarakat lokal.
Sebagai “Ecotourism” CBT dari pengguna mengembangkan pariwisata berkelanjutan diikuti
dengan program konservasi untuk tetap menjaga alam.
Element wisata dari
CBT:
a.
Sumber daya alam dan budaya.
-
SDA terakses dengan baik.
-
Lokal ekonomi dan periode produksinya
tergantung pada keberlangsungan dari penggunaan SDA.
-
Adat dan budaya yang kuat dalam
destinasi.
b.
Organisasi masyarakat.
-
Masyarakat berbagi kesadaran, norma, dan
ideologi.
-
Memiliki orang tua yang memegang tradisi
lokal da pengetahuan dari kebijaksanaan.
c.
Pengelola.
-
Masyarakat mempunyai peraturan dan
regulasi untuk lingkungan, budaya, dan pengelolaan wisata.
-
Organisasi lokal atau mekanisme ada
untuk mengelola pariwisata dengan kemampuan untuk menghubungkan pariwisata dan
pengembangan masyarakat.
-
Manfaat atau keuntungan didistribusikan
secara merata.
-
Presentase dari keuntungan pariwisata
berkontribusi dalam masyarakat untuk pengembangan ekonomi dan sosial .
d.
Belajar. Aktivasi pariwisata dan tujuan
pelayanan pada:
-
Membina proses belajar antara tuan rumah
dan tamu.
-
Meningkatkan kesadaran konservasi alam
dan budaya di kalangan wisatawan dan masyarakat lokal.
-
Mendidik dan pemahaman tentang budaya
dan cara hidup.
Ekowisata
adalah perjalanan yang bertanggung jawab di daerah yang mengandung SDA yang
memiliki karakteristik endemik dan budaya atau sumber sejarah yang terintegrasi
kedalam sistem ekologi. Tujuannya untuk menciptakan kesadaran diantara seluruh
pihak terkait dari kebutuhan dan langkah-langkah yang digunakan untuk
melestarikan ekosistem.
Perbedaan ekowisata dan
CBT yang paling menonjol adalah kepemilikan.
1.
Ekowisata bertanggung jawab mengelola
atraksi alam, budaya lokal dan kualitas keunikan destinasi. Sedangkan CBT
bertanggung jawab mengelola lingkungan SDA, sistem sosial dan budaya untuk
kepentingan masyarakat.
2.
Kepemilikan dari ekowisata tidak
ditentukan sedangkan CBT adalah masyarakat.
3.
Pengelola pariwisata ekowisata tidak ditentukan sedangkan CBT adalah
masyarakat.
4.
Keterkaitan pariwisata menekankan
pariwisata dan lingkungan, sedangkan CBT menekankan pada pengembangan secara
keseluruhan.
Program
tour masal telah menampilkan beberapa kunjungan singkat ke masyarakat untuk
beberapa saat. Kunjungan yang khas adalah beberapa jam di suku bukit ‘eksotis’
di Thailand utara. Contoh lain dari kunjungan singkat adalah agrowisata yang
muncul setelah krisis Thailand pada tahun 1997. Beberapa tujuan agrowisata
kemudian menjadi bagian dari tema “satu
tambon satu produk”, dalam hal ini kunjungan singkat sering kali merupakan
perjalanan belanja seni dan kerajinan yang beberapa labelnya sebagai CBT.
Homestay
merupakan salah satu jenis pariwisata yang mempromosikan interaksi antara
keluarga angkat dan wisatawan. Salah satu dari sekian bnyak pilihan akomodasi yang
tersedia untuk CBT, homestay dapat bertindak untuk meningkatkan kesadaran akan
kebersihan dan isu higienitas di destinasi masyarakat.
Prospek
homestay yang agak kasar dan siap juga membantu memastikan bahwa wisatawan yang
mengunjungi masyarakat sesuai untuk CBT. Standar dari sebuah homestay selain
kasur bantal dan kelambu, barang yang disediakan untuk teman dekat yang datang berkunjung.
Homestay
adalah isu sosial dan budaya yang rumit bagi masyarakat. Hal ini dibutuhkan perubahan
perspektif dari tawaran akomodasi yang
murah kepada tamu. Sebuah homestay seharusnya tidak hanya berfokus pada
persediaan akomodasi untuk keuntungan disertai mengabarkan nilai pertukaran
budaya dan rasa hormat terhadap budaya tuan rumah.
CBT dan Pembangunan
Masyarakat
CBT dimaksudkan sebagai alat pengembang masyarakat dan
pelestarian lingkungan. Untuk alasan ini harus menerapkan secara keseluruhan
meliputi aspek faktor sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, dan pembangunan
untuk menganalisa masyarakat. Memahami situasi masyarakat akan membantu
memaksimalkan kemampuan CBT untuk bekerja secara efektif dan pengembangan
masyarakat yang berkesinambungan.
5 aspek dasar dari
pengembangan masyarakat
1.
Ekonomi.
-
Pemasukan dari produksi lokal.
-
Total biaya (pendapatan) ekonomi lokal.
-
Tingkat ketergantungan
2.
Sosial.
-
Orang-orang sebagai konsentrasi
pembangunan.
-
Keadilan sosial.
-
Kepuasan taraf hidup.
-
Aktif organisasi masyarakat.
3.
Budaya.
-
Pendidikan formal dan non formal.
-
Budaya lokal untuk generasi selanjutnya.
-
Pemeliharaan budaya.
4.
Politik.
-
Partisipasi masyarakat.
-
Pembangunan atas kebutuhan masyarakat.
-
Demokrasi.
5.
Lingkungan.
-
Pengelolaan SDA yang benar.
-
Bertanggung jawab atas alam.
-
Konservasi SDA.
CBT dapatdigunakan
sebagai alat untuk pembangunan masyarakat.
1.
Ekonomi
-
Mengangkat pendapatan untuk pembangunan
masyarakat,
-
Menciptakan pekerjaan bidang wisata.
-
Meningkatkan pendapatan masyarakat
lokal.
2.
Sosial
-
Mengangkat taraf hidup.
-
Mempromosikan keunggulan masyarakat.
-
Pemerataan peran.
-
Membangun komunitas pengelola
organisasi.
3.
Budaya
-
Meningkatkan rasa hormat pada perbedaan
budaya.
-
Menangkap pertukaran budaya.
-
Menanamkan budaya lokal.
4.
Politik
-
Mengadakan partisipasi dari masyarakat
lokal.
-
Meningkatkan daya masyarakat dari luar.
-
Memastikan pengelolaan SDA yang benar.
5.
Lingkungan
-
Mempelajari daya dukung daerah.
-
Mengelola pembuangan limbah.
-
Meningkatkan kesadaran perlunya
konservasi.
Pariwisata bisa menjadi
alat yang ampuh, terutama jika memandang pariwisata dan pengembangan masyarakat
sesuai kebutuhan.