Minggu, 25 Februari 2018


Riska Wahyu Pratiwi





Dampak Kegiatan Pariwisata dan Rekreasi Di Wilayah Desa

Pariwisata saat ini menjadi ladang investasi bisnis yang paling menjanjikan, khususnya untuk jenis Desa Wisata. Banyak desa yang berlomba-lomba untuk membangun desa mereka menjadi suatu produk wisata yang dapat menarik interest para wisatawan. Banyaknya kemunculan Desa Wisata tidak semuanya dapat mempertahankan eksistensinya di dalam dunia pariwisata, banyak desa yang kemudian sepi pengunjung. Adanya kegiatan wisata di desa memiliki banyak dampak yang timbulkan, baik positif maupun negatif. Berikut ini beberapa contoh dampak positif dannegatif dilihat dari beberapa aspek.

A.   Dampak Positif

1.      Ekonomi Sosial.
-          Membuka lahan mata pecaharian baru bagi masyarakat.
Dibukanya suatu desa menjadi tempat wisata sangat menguntungkan bagi masyarakat yang terlibat di dalamnya. Semakin banyak wisatawan yang datang mereka mendapat penghasilan yang semakin banyak. Dalam jangka waktu yang berkelanjutan kondisi ini akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

-          Mendongkrak kesetaraan gender dan membantu mengurangi ketidakseimbangan kekuatan sosial.
Keterlibatan semua pihak masyarakat dalam pengelolaan Desa Wisata mengharuskan semuanya berperan sesuai dengan keahlian mereka. Bersatunya semua kalangan masyarakat menjadi satu poin besar dalam menghilangkan status sosial mereka, masyarakat bersatu untuk membuat desa mereka unggul.

-          Menggebrak akivitas komunitas kolektif.
Dalam suatu misi pengembangan desa melibatkan seluruh komponen yang ada di lingkungan masyarakat. Hal ini menjadi suatu wadah untuk mengaktifkan komunitas yang ada di masyarakat yang kebanyakan pasif.

-          Memiliki tujuan yang mampu menahan bertambahnya populasi penduduk di daerah yang menawarkan pengalaman menarik. Meskipun pada kenyataannya di daerah pedesaan termasuk rendah populasinya.

2.         Cultural
-          Memperkuat budaya lokal.
Budaya lokal yang menjadi salah satu atrksi akan lebih kuat setelah keberadan Desa Wisata. Masyarakat menjadi lebih sering menjalani kebudayaan mereka untuk diperkenalkan kepada para wisatawan yang datang. Padahal sebelumnya mereka hanya melakukan itu disaat tertentu saja.
-          Menumbuhkan rasa percaya diri pada diri masyarakat dan dijadikan sebagai penghargaan diri atas budaya mereka yang menjadi identitas mereka dikenal luas.

3.      Physical
-          Berkontribusi dalam perlindungan dan konservasi.
 Dalam pengembangan Desa Wisata masyarakat juga harus mempertimbangkan keadaan lingkungan . Masyarakat ikut berperan dalam pelestarian lingkungan agar tidak merusak dan tetap terjaga kelestariannya.

-          Membantu pembaharuan kembali fasilitas yang terlantar.
Suatu Desa Wisata yang baik salah satunya keberadaan fasilitas yang lengkap dan memadahi. Dalam hal ini beberapa fasilitas desa yang awalnya jarang digunakan menjadi sering digunakan karena untuk menunjang keberadaan Desa Wisata.

B.   Dampak Negatif.

1.      Ekonomi Sosial.
-          Inflasi harga lokal.
Seiring dengan majunya sebuah Desa Wisata secara otomatis kesejahteraan masyarakat meningkat. Meningkatnya daya beli masyarakat dan semakin banyaknya wisatawan asing dan lokal  singgah di desa tersebut menimbulkan inflasi dengan harga-harga barang di desa tersebut.

-          Permintaan yang musiman.
Dunia pariwisata memang tidak bisa stabil peminatnya. Suatu destinasi wisata pasti memiliki permintaan pengunjung yang tidak setiap hari ramai, itu sebabnya para pelaku Desa Wisata harus memiliki pekerjaan tetap. Masyarakat terjun di dunia pariwisata hanya untuk keja sampingan.

2.      Cultural
-          Kebudayaan berubah menjadi tidak murni karena modifikasi dan kehilangan keasliannya.
Tuntutan produk Desa Wisata yang menjual budaya asli mereka membuat para pelaku wisata membuat produk yang unik dan menarik. Oleh karena itu kebudayaan mereka sudah tidak asli lagi.

-          Memusnahkan kebudayaan pribumi.

3.      Physical
-          Perusakan habitat.
Jika perlakuan lingkungan dalam kegiatan Desa Wisata tidak diperhatikan dengan baik maka dapat merusak habitat para makhluk hidup. Oleh karena itu konservasi dilakukan seiring dengan berkembangnya Desa Wisata tersebut.

-          Pencemaran sampah dan polusi.
Pengelolaan sampah menjadi bagian penting agar limbah tidak membawa dampak negative bagi kelangsungan lingkungan.

-          Konstruksi baru yang mungkin diberikan oleh tangan yangg salah atau koruptor.


Minggu, 18 Februari 2018


RURAL TOURISM AND RECREATION.



Rural tourism atau wisata pedesaan merupakan jenis wisata minat khusus yang berlokasi di wilayah pedesaan yang masih asri dan memiliki karakteristik khas dengan destinasi maupun kegiatan yang unik. Hampir di semua Negara memiliki program desa wisata ini untuk menambah daya tarik kepariwisataan. Berkembangnya wisata pedesaan membuka pilihan wisata baru bagi para wisatawan yang sudah mulai jenuh dengan objek wisata yang bersifat artifisial dan ingin menikmati suasana alam yang masih alami. Destinasi rural tourism ini menawarkan daya tarik wisata yaitu alamnya, kehidupan di desa tersebut, dan tradisi kebudayaan yang dimiliki sebuah desa tersebut.
Dengan adanya desa wisata wisatawan akan belajar dan mendapat pengalaman baru mengenai kehidupan desa serta merasakan bagaimana kehidupan di desa tersebut yang penuh dengan kerifan lokal. Pengembangan dari potensi desa wisata ini harus melalui perencanaan guna memikirkan fasilitas penunjang dan resiko lingkungan yang nantinya dapat merusak. Penunjang lain dari desa wisata yaitu atraksi dan penginapan atau homestay sebagai tempat tinggal wisatawan tersebut. Sedangkan kegiatan yang bisa dilakukan wisatawan antara lain:
a.       Touring
Touring adalah salah satu kegiatan yang terdapat di desa wisata dimana para wisatawan dapat mengeksplor pedesaan dengan cara berjalan, bersepeda, hiking, berkuda, dan menaiki kendaraan tradhisional khas desa tersebut.
b.      Wisata Air
Kegiatan ini berhubungan dengan air yaitu memancing di kali desa, arung jeram, kayak, berenang, dan bisa menyusuri sungai dengan perahu tradhisional.
c.       Kegiatan yang berhubungan dengan angin
Kegiatan ini seperti balon udara dan paralayang. Namun, kegiatan ini jarang ditemukan di desa wisata karena biaya yang cukup mahal meskipun kondisi lingkungan yang berbukit menunjang untuk pengadaan kegiatan ini.
d.      Wisata Olahraga
Kegiatan wisata olahraga ini dibagi menjadi dua tipe yaitu olahraga yang masih natural seperti panjat tebing dan olahraga yang sudah termodifikasi yaitu tennis, dan golf.
e.       Kegiatan Kebudayaan
Kegiatan kebudayaan yang bisa diikuti oleh wisatawan adalah mengunjungi situs sejararah, kuliner tradhisionalnya, mengenal tentang warisan budayanya, dan belajar membuat kerajinan masyarakat setempat.
f.        Kegiatan Kesehatan
Kegiatan ini adalah kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan. Bentuk dari kegiatan ini seperti fitness, berlatih pembelaan diri, spa, dan mengunjungi resort kesehatan. Kegiatan ini bertujuan untuk merefresh organ tubuh.
g.      Passive Activities
Kegiatan ini berorientasi pada menikmati pemandangan alam desa untuk relaksasi tubuh, berfoto, dan dan belajar mengenai alam sekitar.
h.      ‘Hallmark’ Events
Kegiatan ini meliputi pertunjukan asli desa tersebut untuk menghibur wisatawan yang datag dan untuk menunjukkan kepada umum seperti festival olahraga dan pertunjukkan agrikultur.
i.        Kegiatan Bisnis
Kegiatan ini sama dengan bentuk kegiatan MICE yang dilakukan di pedesaan.

Selasa, 13 Februari 2018


DESA WISATA TAMANSARI BANYUWANGI


Di postingan kali ini adalah pembahasan hasil dari diskusi mengenai sebuah desa wisata yaitu Desa Wisata Tamansari Banyuwangi. Desa wisata Tamansari terletak di Taman Wisata Gunung Ijen, Kecamatan Licin, Banyuwangi. Desa ini memiliki atraksi utama yaitu Kawah Ijen dan memiliki paket wisata ke Kampung Penambang, Kampung Bunga, dan Kampung Susu.


Yang menjadi unik, desa ini memiliki beberapa dusun yang memiliki potensinya masing-masing. Dusun Tammansari yang sebagian besar penduduknya adalah penambang belerang, Dusun Jambu yang memiliki potensi budidaya berbagai macam tanaman bunga, dan Dusun Ampel Gading yang memiliki banyak petrnak susu dan hebatnya dusun ini telah diberikan pembelajaran oleh Nestle.
Desa Tamansari ini memiliki rumah-rumah dengan desain seperti rumah Suku Osing (rumahnya da beberapa yang berbentuk panggung dan kebanyakan terbuat dari kayu). Di rumah ini pun disediakan fasilitas berupa warung oleh-oleh dan Tourist Information Center. Jumlah homestay yang tersedia semakin bertambah.
Yang membanggakan dari desa ini yaitu peraih penghargaan menjadi desa wisata terbaik karena memanfaatkan dengan baik jejaring bisnisnya. Di Desa Wisata Tamansari memiliki BUMDes atau Badan Usaha Milik Desa. BUMDes desa ini telah mengembangkan sejumlah usaha bertolak belakang dari potensi yang dimiliki desa seperti usaha madu, jasa guide, dan kendaraan wisata. Selain itu, badan ini mendidik para penambang belerang untuk menjadi guide wisatawan dan memanfaatkan trolley belerangnya untuk mengangkut wisatawan yang kelelahan saat perjalanan mendaki. BUMDes ini juga berhasil menggandeng pihak swasta untuk peningkatan perekonomian masyarakat melalui konsep desa wisata.
Dari hasil diskusi kami sepakat jika desa ini termasuk dalam desa berbasis masyarakat (CBT). Mengapa? Karena di desa ini masyarakat didlibatkan dalam pengelolaan pariwisatanya, baik sebagai guide, porter wisatawan, dan masyarakat mengembangkan desa mereka untuk pembangunan masyarakat itu sendiri.
Sebelum pembahasan mengenai kategori dari desa ini apakah termasuk desa wisata atau wisata desa akan dijelaskan mengenai perbedaan dari keduanya. Jika desa wisata kita akan mengalami yang namanya hidup dengan cara hidup masyarakat desa, tidur dirumah warga, makan dan beraktivitas sebagaimana warga desa melakukan kesehariannya. Nah, apabila wisata desa itu hanya sebatas kegiatan MICE yang hanya melihat desa dan mengikuti rangkaian acaranya dan tidak mengalami pengalaman langsung tinggal di desa tersebut.
Jadi, kami sepakat bahwa Desa Wisata Tamansari ini termasuk desa wisata bukan wisata desa. Karena di desa ini wisatawan bisa tinggal dan bisa merasakan pengalaman memerah susu sapi, dlsb.
Itulah hasil pembahasan dari diskusi kami. Terimakasih J


Sumber:



Minggu, 11 Februari 2018


Community Based Tourism Principles and Meanings

Underlying ideas
            Arus globalisasi sangat membawa perubahan sosial yang membuat komunitas lokal tidak bisa hidup dalam terkecualian. Komunitas Thailand dan berbagai Negara lain yang serupa mulai bergantung pada dunia modern diluar dan telah melewati masa kemandirian. Akibat dari pengaruh konsumerisme yang besar di Thailand SDA mengalami degradasi dan kehancuran. Padahal, untuk lokal komunitas dalam berinteraksi di dunia luar sangat membutuhkan peran penting dari sumber daya sosial, cultural dan ekonomi kuat. Untungnya jalan alternatif bagi keberlangsungan komunitas lokal Thailand tertolong dengan adanya tren sosial yang menjadi kontra.
Demokratisasi dari masyarakat Thailand sangat memberikan kebebasan publik dalam menyuarakan HAM. Tren-tren tersebut didukung oleh perkembangan PBB dan para cendekiawan yang paham mengenai pembangunan keberlanjutan. Pengertian dari masyarakat kota yang ada hubungannya dengan komunitas lokal desa merupakan landasan penting untuk mendesain dan mengimplementasikan strategi pembangunan yang sukses. Salah satu cara untuk menyatukan berbagai jenis orang dengan latar belakang yang berbeda adalah Pariwisata. Pariwisata menawarkan kesempatan yang menarik bagi para pelaku untuk menunjukkan budaya mereka dan berbagi pengalaman bersama menimbulkan relasi sosial. Kontribusi inilah yang akan menjadi sesuatu yang kuat dari masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan.
 Community based tourism
CBT adalah tipe pariwisata yang unik dengan karakteristik berbeda dari bentuk mass tourism. Para pelaku yang akan mengembangkan pariwisata berbasis CBT dalam prakteknya harus mengerti prinsip komponen dibalik CBT. Oleh karena itu masyarakat membutuhkan pengembangan CBT yang berhati-hati agar tidak menimbulkan masalah bahkan bencana alam. Yang lebih penting masyarakat harus memiliki kekuatan untuk mengatur sumber daya pariwisata.
Prinsip CBT :
1.      Mengenali dan mempromosikan daerah yang memiliki potensi wisata.
2.      Libatkan berbagai aspek masyarakat dalam proses awal sampai akhir.
3.      Mempromosikan kebanggaan masyarakat.
4.      Meningkatkan kualitas hidup.
5.      Pastikan kelestarian lingkungan.
6.      Mempertahankan cirri khas dari budaya setempat.
7.      Angkat pembelajaran lintas budaya.
8.      Hormati perbedaan budaya dan martabat masyarakat.
9.      Pemerataan manfaat bagi para masyarakat.
10. Berperan penting dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.
Sebelum mengembangkan pariwisata berbasis CBT, dimana para komunitas memainkan peran pariwisata basis ekowisata, agrowisata, wisata petualang, dan homestay. Secara umum kegiatan tersebut termasuk beberapa bentuk partisipasi masyarakat lokal. Sebagai “Ecotourism” CBT dari pengguna  mengembangkan pariwisata berkelanjutan diikuti dengan program konservasi untuk tetap menjaga alam.
Element wisata dari CBT:
a.      Sumber daya alam dan budaya.
-         SDA terakses dengan baik.
-         Lokal ekonomi dan periode produksinya tergantung pada keberlangsungan dari penggunaan SDA.
-         Adat dan budaya yang kuat dalam destinasi.
b.      Organisasi masyarakat.
-         Masyarakat berbagi kesadaran, norma, dan ideologi.
-         Memiliki orang tua yang memegang tradisi lokal da pengetahuan dari kebijaksanaan.
c.      Pengelola.
-         Masyarakat mempunyai peraturan dan regulasi untuk lingkungan, budaya, dan pengelolaan wisata.
-         Organisasi lokal atau mekanisme ada untuk mengelola pariwisata dengan kemampuan untuk menghubungkan pariwisata dan pengembangan masyarakat.
-         Manfaat atau keuntungan didistribusikan secara merata.
-         Presentase dari keuntungan pariwisata berkontribusi dalam masyarakat untuk pengembangan ekonomi dan sosial .
d.      Belajar. Aktivasi pariwisata dan tujuan pelayanan pada:
-         Membina proses belajar antara tuan rumah dan tamu.
-         Meningkatkan kesadaran konservasi alam dan budaya di kalangan wisatawan dan masyarakat lokal.
-         Mendidik dan pemahaman tentang budaya dan cara hidup.

Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab di daerah yang mengandung SDA yang memiliki karakteristik endemik dan budaya atau sumber sejarah yang terintegrasi kedalam sistem ekologi. Tujuannya untuk menciptakan kesadaran diantara seluruh pihak terkait dari kebutuhan dan langkah-langkah yang digunakan untuk melestarikan ekosistem.
Perbedaan ekowisata dan CBT yang paling menonjol adalah kepemilikan.
1.      Ekowisata bertanggung jawab mengelola atraksi alam, budaya lokal dan kualitas keunikan destinasi. Sedangkan CBT bertanggung jawab mengelola lingkungan SDA, sistem sosial dan budaya untuk kepentingan masyarakat.
2.      Kepemilikan dari ekowisata tidak ditentukan sedangkan CBT adalah masyarakat.
3.      Pengelola pariwisata ekowisata  tidak ditentukan sedangkan CBT adalah masyarakat.
4.      Keterkaitan pariwisata menekankan pariwisata dan lingkungan, sedangkan CBT menekankan pada pengembangan secara keseluruhan.
Program tour masal telah menampilkan beberapa kunjungan singkat ke masyarakat untuk beberapa saat. Kunjungan yang khas adalah beberapa jam di suku bukit ‘eksotis’ di Thailand utara. Contoh lain dari kunjungan singkat adalah agrowisata yang muncul setelah krisis Thailand pada tahun 1997. Beberapa tujuan agrowisata kemudian menjadi bagian dari  tema “satu tambon satu produk”, dalam hal ini kunjungan singkat sering kali merupakan perjalanan belanja seni dan kerajinan yang beberapa labelnya sebagai CBT.
Homestay merupakan salah satu jenis pariwisata yang mempromosikan interaksi antara keluarga angkat dan wisatawan. Salah satu dari sekian bnyak pilihan akomodasi yang tersedia untuk CBT, homestay dapat bertindak untuk meningkatkan kesadaran akan kebersihan dan isu higienitas di destinasi masyarakat.
Prospek homestay yang agak kasar dan siap juga membantu memastikan bahwa wisatawan yang mengunjungi masyarakat sesuai untuk CBT. Standar dari sebuah homestay selain kasur bantal dan kelambu, barang yang disediakan untuk teman dekat  yang datang berkunjung.
Homestay adalah isu sosial dan budaya yang rumit bagi masyarakat. Hal ini dibutuhkan perubahan perspektif  dari tawaran akomodasi yang murah kepada tamu. Sebuah homestay seharusnya tidak hanya berfokus pada persediaan akomodasi untuk keuntungan disertai mengabarkan nilai pertukaran budaya dan rasa hormat terhadap budaya tuan rumah.
CBT dan Pembangunan Masyarakat
            CBT dimaksudkan sebagai alat pengembang masyarakat dan pelestarian lingkungan. Untuk alasan ini harus menerapkan secara keseluruhan meliputi aspek faktor sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, dan pembangunan untuk menganalisa masyarakat. Memahami situasi masyarakat akan membantu memaksimalkan kemampuan CBT untuk bekerja secara efektif dan pengembangan masyarakat yang berkesinambungan.
5 aspek dasar dari pengembangan masyarakat
1.      Ekonomi.
-         Pemasukan dari produksi lokal.
-         Total biaya (pendapatan) ekonomi lokal.
-         Tingkat ketergantungan
2.      Sosial.
-         Orang-orang sebagai konsentrasi pembangunan.
-         Keadilan sosial.
-         Kepuasan taraf hidup.
-         Aktif organisasi masyarakat.
3.      Budaya.
-         Pendidikan formal dan non formal.
-         Budaya lokal untuk generasi selanjutnya.
-         Pemeliharaan budaya.
4.      Politik.
-         Partisipasi masyarakat.
-         Pembangunan atas kebutuhan masyarakat.
-         Demokrasi.
5.      Lingkungan.
-         Pengelolaan SDA yang benar.
-         Bertanggung jawab atas alam.
-         Konservasi SDA.
CBT dapatdigunakan sebagai alat untuk pembangunan masyarakat.
1.      Ekonomi
-         Mengangkat pendapatan untuk pembangunan masyarakat,
-         Menciptakan pekerjaan bidang wisata.
-         Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal.
2.      Sosial
-         Mengangkat taraf hidup.
-         Mempromosikan keunggulan masyarakat.
-         Pemerataan peran.
-         Membangun komunitas pengelola organisasi.
3.      Budaya
-         Meningkatkan rasa hormat pada perbedaan budaya.
-         Menangkap pertukaran budaya.
-         Menanamkan budaya lokal.
4.      Politik
-         Mengadakan partisipasi dari masyarakat lokal.
-         Meningkatkan daya masyarakat dari luar.
-         Memastikan pengelolaan SDA yang benar.
5.      Lingkungan
-         Mempelajari daya dukung daerah.
-         Mengelola pembuangan limbah.
-         Meningkatkan kesadaran perlunya konservasi.
Pariwisata bisa menjadi alat yang ampuh, terutama jika memandang pariwisata dan pengembangan masyarakat sesuai kebutuhan.